Jumat, 18 Maret 2011

Ilmu Pengetahuan Sosial 2.2

Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 1
SEJARAH PERKEMBANGAN
HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Pendahuluan
Materi perkuliahan pada paket 2 ini menggambarkan proses penyebaran
agama Hindu-Buddha di Indonesia. Paket ini merupakan dasar dari paket 3
yang berisi materi tentang zaman keemasan Nusantara di bawah kerajaan
Sriwijaya dan selanjutnya di bawah kerajaan Majapahit.
Dalam proses pembelajaran, mahasiswa-mahasiswi dibagi dalam 3
kelompok. Kelompok 1 mendiskusikan penyebaran agama Hindu-Buddha
yang dipandu dengan LK 2.1. A, Kelompok 2, mendiskusikan kerajaankerajaan,
yang dipandu dengan LK 2.1.B dan Kelompok 3 mendiskusilan
warisan kebudayaan Hindu Buddha, yang dipandu dengan LK 2.1.C. Sebagai
bahan evaluasi, masing- masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
mereka yang diwakili oleh beberapa orang yang ditunjuk. Selanjutnya dari tiga
kelompok tersebut akan membentuk tiga kelompok baru yang anggotanya
merupakan perwakilan dari kelompok 1, 2 dan 3. Dalam kelompok baru ini
(Kelompok A, B dan C), masing-masing mempresentasikan hasil
kelompoknya, anggota yang lain memberi masukkan. Kemudian mereka
kembali ke kelompok awal dan memperbaiki hasil kelompoknya berdasarkan
masukan dari diskusi II tadi. Setelah diperbaiki, mereka mempersiapkan diri
untuk Presentasi. Setelah masing-masing kelompok presentasi, kemudian
dosen memberikan masukkan sekaligus menyampaikan materi. Proses
selanjutnya dengan menggunakan metode team quiz, masing-masing
kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain tentang materi
keseluruhan. Pada kegiatan akhir, mahasiswa atau mahasiswi membuat
refleksi tentang mata kuliah yang sudah diterimanya dari pembahasan yang
telah didiskusikan. Sebagai bahan penilaian, mahasiswa-mahasiswi juga
diberi soal untuk dijawab sebagai bahan tes. Untuk kegiatan tindak lanjut,
mahasiswa-mahasiswi mencatat pengaruh warisan kebudayaan Hindu-
Buddha di lingkungan sekitar mereka.
Untuk melaksanakan pembelajaran ini, karena ada pertanyaan terbuka,
disarankan dosen memberi tugas kepada mahasiswa-mahasiswi untuk
membaca literature lain, selain uraian materi 2.2.
Paket 2
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 2
Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
Kompetensi dasar
Mahasiswa-mahasiswi mampu menganalisis pertumbuhan dan
perkembangan agama, kebudayaan Hindu-Buddha, dan pengaruhnya
terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
Indikator
Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. mendeskripsikan penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia,
2. menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia,
dan
3. menjelaskan warisan Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Waktu
3x50 menit
Materi Pokok
1. Penyebaran Agama Hindu-Buddha di Nusantara
2. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
3. Pengaruh dan Warisan kebudayaan Hindu-Buddha
Kelengkapan Bahan Perkuliahan
1. Lembar Kegiatan LK 2.1.A, 2.1.B, 2.1.C.
2. Lembar Uraian Materi 2.2
3. Lembar PowerPoint 2.3
4. Lembar Penilaian 2.4
5. Daftar Pustaka
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 3
Langkah-langkah Perkuliahan
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 4
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 5
Slide
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 6
Lembar Kegiatan 2.1.A
PENYEBARAN AGAMA
HINDU-BUDDHA DI NUSANTARA
Pengantar
Agama Hindu-Buddha merupakan agama yang paling awal yang berkembang
di bumi Nusantara. Agama ini memiliki proses penyebaran awal yang cukup
unik. Para ahli memiliki perbedaan teori tentang penyebaran Hindu-Buddha di
Indonesia. Pada lembar kegiatan ini, mahasiswa - mahasiswi akan
mendiskusikan proses penyebaran Hindu-Buddha berdasarkan pendapat dari
para ahli sejarah.
Tujuan
Mahasiswa-mahasiswi mampu mengidentifikasi penyebaran agama Hindu-
Buddha di Nusantara
Alat dan Bahan
1. Lembar Uraian Materi 2.2
2. Lembar Powerpoint 2.3
Langkah Kegiatan
1. Bacalah dengan seksama Lembar Uraian Materi 2.2 IPS 2 yang telah anda
miliki!
2. Diskusikan selama 20 menit penyebaran agama Hindu-Buddha di
Nusantara!
3. Berikan penjelasan, teori mana yang paling sesuai menurut kelompok
anda!
4. Berikan penjelasan pula, mengapa teori yang lain dianggap kurang sesuai!
5. Siapkan 2 orang untuk mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok 2
dan siapkan 2 orang lagi untuk mempresentasikannya pada kelompok 3!
6. Masing-masing anggota kelompok membuat poin-poin simpulan!
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 7
Lembar Kegiatan 2.1.B
KERAJAAN-KERAJAAN
HINDU-BUDDHA
Pengantar
Sebagai agama tertua, Agama Hindu-Buddha memiliki peninggalan berupa
kerajaan-kerajaan yang berkembang di Nusantara. Kerajaan-kerajaan tersebut
tersebar di seluruh penjuru nusantara. Bahkan pada masa kejayaannya,
seperti kerajaan Majapahit, kerajaan ini menjadi kerajaan maritim yang sangat
berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Pada lembar kegiatan ini,
mahasiswa - mahasiswi mendiskusikan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
yang pernah berkembang di Nusantara.
Tujuan
Mahasiswa-mahasiswi mampu menjelaskan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
di Nusantara
Alat dan Bahan
1. Lembar Uraian Materi 2.2
2. Lembar Powerpoint 2.3
Langkah Kegiatan
1. Diskusikan selama 20 menit tema kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Nusantara, sesuai dengan uraian materi 2.2!
2. Identifikasikan bukti ditemukannya kerajaan-kerajaan tersebut!
3. Beri penjelasan tentang perkembangan masing-masing kerajaan!
4. Beri penjelasan penyebab keruntuhan masing-masing kerajaan!
5. Siapkan 2 orang untuk mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok 1
dan siapkan 2 orang lagi untuk mempresentasikannya pada kelompok 3!
6. Masing-masing anggota kelompok membuat poin-poin simpulan.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 8
Lembar Kegiatan 2.1.C
PENGARUH DAN WARISAN
KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA
Pengantar
Kerajaan Hindu-Buddha dapat diketahui melalui warisan peninggalannya
berupa situs atau candi, bahkan dari tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Kebudayaan Hindu-Buddha juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat pada saat itu hingga masa berikutnya. Pada lembar kegiatan ini,
mahasiswa -mahasiswi mendiskusikan pengaruh dan warisan kebudayaan
Hindu-Buddha.
Tujuan
Mahasiswa-mahasiswi mampu memahami dan mengidentifikasi pengaruh
dan warisan kebudayaan Hindu-Buddha.
Alat dan Bahan
1. Lembar Uraian Materi 2.2
2. Lembar Powerpoint 2.3
Langkah Kegiatan
1. Diskusikan selama 20 menit tema pengaruh dan warisan kebudayaan
Hindu-Buddha dari lembar materi 2.2. yang sudah anda baca!
2. Identifikasikan bentuk warisan kebudayaan Hindu-Buddha!
3. Beri penjelasan tentang pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap
masyarakat!
4. Beri penjelasan tentang warisan kebudayaan Hindu-Buddha, apakah masih
memiliki pengaruh pada saat ini!
5. Siapkan 2 orang untuk mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok 1
dan siapkan 2 orang lagi untuk mempresentasikannya pada kelompok 2!
6. Masing-masing anggota kelompok membuat poin-poin simpulan.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 9
Uraian Materi 2.2
SEJARAH PERKEMBANGAN
HINDU- BUDDHA DI INDONESIA
A. Penyebaran Agama Hindu-Buddha di Nusantara
Teori tentang Proses Penyebaran Agama Hindu
Hingga saat ini para ahli sejarah masih berbeda pendapat mengenai proses
penyebaran agama Hindu di Nusantara. Lalu, apa saja teori itu?
Teori Sudra
Sesuai dengan namanya, teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama
Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra
Teori Waisya
Menurut teori ini kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama
Hindu adalah golongan Waisya. Teori yang dikemukakan oleh Prof. N.J. Krom.
Teori Ksatria
Menurut teori ini kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama
Hindu di Nusantara adalah golongan Ksatria. Proses penyebaran agama
tersebut dilakukan dengan cara pendudukan (kolonisasi). Teori yang
dikemukakan oleh Prof.Dr. Ir. J.L. Mouens.
Teori Brahmana
Menurut teori ini, faktor utama penyebaran agama Hindu di Nusantara adalah
dari kaum Brahmana. Teori yang dikemukakan oleh J.C.van Leur.
Dari keempat teori ini, teori penyebaran agama Hindu di Nusantara oleh kaum
brahmana adalah yang paling masuk akal. Ada dua alasan yang memperkuat
teori ini. Pertama, hanya kaum brahmana yang mengerti kitab weda. Kedua,
hanya kaum brahmana yang mengerti tulisan sanskerta dan bahasa Pallawa.
Penyebaran Agama Buddha
Melihat bukti-bukti antropologi yang ada, agama Buddha diperkirakan masuk
ke Nusantara sejak abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan
penemuan patung Buddha dari perunggu di Jember dan Sulawesi Selatan.
Patung-patung itu menunjukkan gaya seni Amarawati. Gaya seni ini
berkembang sekitar abad ke-1 Masehi di India Selatan.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 10
Salah satu catatan awal mengenai keberadaan Agama Buddha di Nusantara
berasal dari laporan seorang pengelana Cina bernama Fa Hien pada awal
abad ke-5 Masehi. Dalam laporan tersebut, Fa Hien menceritakan bahwa
selama bermukim di Jawa, ia mencatat adanya komunitas Buddha yang tidak
begitu besar di antara penduduk pribumi.
Dalam sebuah catatan lain diceritakan mengenai seorang Biksu Buddha
bernama Gunawarman, putera dari seorang Raja Kashmir di India, yang
datang ke negeri Cho-Po untuk menyebarkan agama Buddha Hinayana.
Menurut tafsiran sejarah, negeri Cho-Po mungkin terletak di Jawa atau
Sumatra. Dalam usahanya untuk menyebarkan Agama Buddha, Gunawarman
didukung oleh ibu suri negeri tersebut. Hasilnya, Agama Buddha berkembang
pesat di negeri tersebut. Gunawarman merupakan penyiar Agama Buddha
yang disebut dharma dhuta.
B. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
Kutai
Bukti pertama adanya pengaruh Hindu di Nusantara diperoleh di daerah Kutai,
Kalimantan Timur. Bukti itu berupa tujuh buah prasasti berbentuk yupa, yang
digunakan sebagai tiang tempat menambatkan hewan kurban. Yupa ditulis
dalam huruf pallawa dan bahasa Sanskerta. Dari bentuk huruf yang dipakai, para
ahli memperkirakan bahwa prasasti itu dibuat kira-kira pada abad ke-5 Masehi.
Dari prasasti tersebut diperoleh informasi mengenai adanya sebuah kerajaan
Hindu bernama Kutai di hulu sungai Mahakam. Disebutkan bahwa pendiri
kerajaan itu bernama Kudungga, yang dari namanya bisa dipastikan bukanlah
sebuah nama Hindu, namun asli Nusantara. Pengaruh Hindu mulai terlihat
jelas pada penggantinya yang mengambil nama India Aswawarman yang
berasal dari kata Vamsakarta atau pembentuk keluarga (dinasti).
Prasasti-prasasti itu sendiri dibuat untuk memuliakan Raja Kutai yang ketiga,
Mulawarman, yang dianggap sebagai orang yang sangat mulia dan baik
budinya. Hal itu terlihat dalam isi salah satu prasasti yang menyebutkan bahwa
raja tersebut telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada
para brahmana.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 11
Tarumanegara
Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di Nusantara ialah
Tarumanegara. Kerajaan yang terletak di antara sungai Cisadane dan sungai
Citarum ini diperkirakan muncul pada abad ke-5 M. Bukti-bukti tentang
kerajaan ini diperoleh dari catatan para pengelana Cina, seperti kisah Fa-shien
mengenai sebuah kerajaan yang bernama To-lo-mo (Tarumanegara) yang
ditemuinya ketika ia singgah di Jawa. Berita Cina lainnya dari para
pemerintahan dinasti Tang dan Sung menyebutkan bahwa kerajaan tersebut
beberapa kali mengirimkan utusannya ke Cina.
Selain itu, terdapat pula bukti-bukti berupa tujuh buah prasasti yang
menceritakan keberadaan kerajaan tersebut. Lima diantara prasasai-prasasti
tersebut ditemukan di daerah Bogor dan dikenal sebagai prasasti Ciarateun,
Kebun Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten, sedangkan dua lainnya
ditemukan di Jakarta dan Lebak, masing-masing disebut prasasti Tugu dan
Muncul.
Kalingga
Dalam sebuah berita Cina yang berasal dari seorang biksu Buddha bernama ITsing,
pada pertengahan abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Holing
atau Kalingga di daerah Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang
ratu bernama Sima. Pemerintahannya sangat keras, namun adil dan bijaksana.
Ada sebuah cerita mengenai ketertiban dan ketenteraman ditegakkan dalam
kerajan tersebut. Salah satu perintah sang ratu ialah larangan kepada
rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang yang tercecer di jalan.
Orang yang melanggar perintah itu diancam dengan hukuman mati. Rupanya,
ketaatan rakyat Kalingga terhadap ratunya tidak dipercayai oleh raja dari
kerajaan Ta-Shih (sebutan Cina untuk kaum Muslim Arab dan Persia). Sang
raja kemudian memerintahkan kepada anak buahnya untuk meletakkan
sebuah kantong emas di jalanan. Selama tiga tahun kantong tersebut dibiarkan
begitu saja di jalanan, karena tidak seorangpun berani melanggar perintah sang
ratu. Suatu ketika secara tidak sengaja putera mahkota menginjak kantong
tersebut sehingga isinya berhamburan. Hal tersebut membuat marah Ratu
Sima, sehingga beliau merintahkan agar anaknya dihukum pancung. Para
penasehatnya berhasil membujuk sang ratu agar tidak melaksanakan niatnya itu.
Sebagai gantinya jari putera mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong.
Melayu
Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di Nusantara. Banyak ahli
sejarah yang memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di daerah
Sungai Batanghari, Jambi. Hal ini ditafsirkan karena banyaknya peninggalan
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 12
kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana. Keberadaan kerajaan
tersebut lebih banyak diketahui dari sumber-sumber Cina.
Pada masa pemerintahan dinasti Tang dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan
645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana
Cina I-Tsing kemudian melaporkan bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut
ditaklukkan oleh Sriwijaya. Setelah itu, selama beberapa abad tidak ada
laporan sedikit pun mengenai kerajaan tersebut.
Nama melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari
melancarkan ekspedisi. Pemelayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada
pemerintahan raja Adityawarman, seorang kerabat dari dinasti yang berkuasa
di Majapahit. Menurut catatan pada arca Manjusti di candi Jago, Jawa Timur,
menyebutkan bahwa Adityawarman membantu Gajah Mada menaklukkan
Pulau Bali. Setelah itu, nama kerajaan tersebut tenggelam lagi.
Sriwijaya
Kata Sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau
Bangka. Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan di Sumatera Selatan yang
berpusat di Palembang. Berita-berita Cina banyak mengungkapkan
keberadaan kerajaan ini. Sebagai contoh, dalam catatan perjalanannya pada
tahun 671, seorang biksu Budhha bernama I-tsing menceritakan bahwa ketika
ia pergi dari Kanton ke India, ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama
enam bulan untuk belajar tatabahasa Sanskerta.
Mengenai kerajaan Sriwijaya, I-tsing mengatakan bahwa Sriwijaya merupakan
kota berbenteng yang dikelilingi tembok. Kota ini merupakan pusat agama
Buddha, yang ditempati kira-kira seribu biksu di bawah bimbingan Sakyakitiri.
Selain berita dari Cina, keberadaan kerajaan Sriwijaya juga diperkuat oleh
penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis dengan Pallawa dalam
bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti itu adalah prasasti Kedukan Bukit,
Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, dan Karang Berahi.
Pada tahun 775, Sriwijaya mendirikan pangkalan di daerah Ligor, Semenanjung
Malaya. Kekuasaan kerajaan itu meliputi selat Malaka, Selat Karimata, selat
Sunda, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Pantai Timur, Sumatera Utara,
Pantai Barat Kalimantan, dan Semenanjung Malaka. Pada masa jayanya
Sriwijaya memiliki peranan besar dalam pengembang perdagangan, ilmu
pengetahuan, dan agama.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 13
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sekitar abad ke-10. Hal ini
terutama diakibatkan oleh timbulnya permusuhan dengan kerajaan Colamandala
dari India Selatan. Pada tahun 1017 dan 1025, armada laut Rayendracoladewa di
bawah pimpinan Raja Colamandala menyerang pelabuhan-pelabuhan di Selat
Malaka yang berada dibawah kekuasaan Sriwijaya. Akibat serangan ini, banyak
kapal Sriwjaya yang hancur tenggelam. Bahkan raja Sriwijaya, Sri
Sanggramawijayatunggawarman berhasil ditawan musuh.
Kerajaan Sriwijaya makin melemah pada abad ke-13, saat banyak wilayah
lepas dari pengaruh kekuasaannya. Wilayahnya dibagian utara semenanjung
Malaya diambil alih oleh Raja Siam. Sementara bagian tenggara Sumatera
direbut oleh raja Kertanegara dari Shingasari. Sejak itu, satu per satu raja
bawahan Sriwijaya melepaskan diri dari pengaruh kerajaan tersebut. Kerajaan
Sriwijaya lenyap setelah ditaklukkan kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran Sungai
Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan
kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti Berangka tahun
732 M ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana.
Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya.
Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran, berdiri pula
sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu dinasti Syailendra yang beragama
Buddha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian Selatan Jawa
Tengah menggeser kedudukan dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga
ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan
masing-masing, kedua dinasti tersebut sepakat bergabung. Caranya adalah
melalui pernikahan antara Raja Putri Pramuwhardani dari pihak Syailendra
dengan Rakai Pikatan dari saingannya.
Kerajaan Mataram kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi
Agama Buhda dan Hindu. Candi yang diperuntukkan bagi Agama Buddha
antara lain candi Borobudur yang dibangun oleh Samaratungga dari dinasti
Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain candi Rara Jongrang di
Prambanan yang dibangun oleh Raja Pikatan.
Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak kekacauan di
daeran-daerah yang berada di bawah Kerajaan Mataram Kuno, sementara
ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah
kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya,
pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 14
memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di
sana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Wangsa Warmadewa
Keluarga Raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu
diketahui dalam prasasti dari Sanur yang dikeluarkan oleh Sri
Kesariwarmadewa yang memiliki kraton di Singhawdala. Salah seorang
keturunan Kesariwarmadewa adalah Candrabhayasingha Warmadewa yang
pada tahun 962 membangun sebuah pemandian telaga dari sumber yang ada
di desa Manukraya. Pemandian itu adalah thirta empul yang sekarang letaknya
di dekat Tampak siring.
Sejak tahun 989, Bali diperintah oleh sang ratu luhur Sri Gunapriyadharmapatni
dan suaminya Sri Dharmodayana Warmadewa atau Udayana.
Gunapriyadharmapatni (Mahendrata) adalah anak Makutawang-sawardhana
dari Jawa Timur.
Udayana dan Mahendrata memiliki anak sulung bernama Airlangga, yang
kemudian menjadi raja menggantikan Dharmawangsa di Jawa Timur. Mereka
juga memiliki putera yang disebut Anak Wangsu yang kemudian memerintah di
Bali dan bergelar Sri Dharmawangsawardana. Anak Wangsu tidak memiliki
keturunan, sehingga dengan meninggalnya Anak Wangsu, pemerintahan
Wangsa Warmadewa berakhir pula.
Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur.
Kerajaan ini dibangun oleh Mpu Sindok yang sebelumnya memerintah kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Tengah. Di tempat barunya ini Mpu Sindok mendirikan
sebuah dinasti yang bernama Isyana.
Pada masa pemerintahan Dharmawangsa (991-1016), Medang berusaha
menguasai jalur perdagangan laut di wilayah Selat Malaka. Hal tersebut
menyebabkan benturan dengan kerajaan Sriwijaya. Akibatnya fatal bagi
Dharmawangsa sendiri. Dalam upayanya untuk mengalahkan Dharmawangsa,
Sriwijaya menjalin hubungan dengan negara bawahan Medang Kamulan, yaitu
kerajaan Wura-Wuri. Menurut prasasti Pucangan (1016), pasukan Wura-Wuri
menyerang istana Dharmawangsa ketika ia sedang menikahkan puterinya
dengan Airlangga. Dalam peristiwa itu, Raja Dharmawangsa terbunuh,
sementara menantunya berhasil lolos. Prasasti ini juga menceritakan
pengembaraan Airlangga yang hidup selama beberapa waktu dengan para
pertapa. Pada tahun 1019, para pendeta Siwa, Brahma, dan Buddha
menobatkannya sebagai raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawangsa
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 15
Berdasarkan prasasti Calcuta silsilah raja Medang adalah sebagai berikut:
Kediri
Keputusan Airlangga untuk membagi 2 kerajaannya menghasilkan
pembentukan 2 kerajaan, Jenggala dan Panjalu (Kediri).
Dalam perkembangannya, kedua kerajaan tersebut selalu berselisih. Hal ini
diakibatkan oleh ambisi Mapanji Garasakan untuk menguasai seluruh wilayah
bekas kerajaan Medang. Pada masa pemerintahan penggantinya yang
bernama Mapanji Alanjung, Panjalu berhasil mendesak Jenggala. Akibatnya,
Alanjung mengungsi ke Marsma Lor.
Setelah itu, sejarah Jenggala tidak diketahui lagi. Sebagai gantinya, 60 tahun
kemudian munculah kerajaan Kediri. Pada tahun 1116, Kediri diperintah oleh
Sri Kameswara (1116-1135). Kemudian ia digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya
memerintah antara tahun 1135 hingga 1157. ia memakai lambang
Garudamukha untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan sah
Airlangga.
Airlangga. Dengan dukungan para pemuka agama tersebut, Airlangga berhasil
mengambil alih kekuasaan. Dia kemudian memindakan pusat kekuasaan dari
Waton Mas ke Kahuripan.
Pada akhir pemerintahannya, Airlangga mengalami kesulitan untuk
menentukan penggantinya karena sang pewaris, Maharantri I Hino
Wijayatunggadewi menolak naik tahta dan memilih menjadi seorang pertapa.
Akhirnya dengan bantuan Mpu Bharada, Airlangga membagi dua kerajaannya
menjadi Jenggala dan Panjalu (Kediri).
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 16
Pada awal pemerintahannya, Jayabaya mengeluarkan prasasti Hantang. Isinya
memuat tulisan berbunyi, “Panggalu Jayati atau Panjalu Menang” artinya,
dibawah pemerintahannya Panjalu (Kediri) berhasil menaklukkan Jenggala.
Dengan demikian, Kediri berhasil menyatukan kembali wilayah bekas Medang
yang terbagi. Sebagai tanda kemenangannya, nama Jayabaya diabadikan
dalam kitab Baratayudha, sebuah kakawin yang digubah oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Seperti yang telah kita ketahui, Baratayudha adalah sebuah
kisah tentang perebutan tahta Hastinapura antara keluarga Pandawa dan
Kurawa. Jayabaya kemudian berturut-turut digantikan oleh Suweswaran (1159-
1169), Ayyeswara (1169-1181), dan Maharaja Gandra (1181-1182).
Riwayat kerajaan Kediri berakhir pada masa pemerintahan Kertajaya. Pada
tahun 1222 dengan dukungan kaum Brahmana, Ken Arok melakukan
pemberontakan terhadap kekuasaan Kediri. Dalam suatu pertempuran di desa
Genter, Kertajaya dan pasukannya berhasil dikalahkan.
Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalahkan
Kediri. Dia kemudian mengambil gelar Sri Rangga Ranggah Rajasa Sang
Amurwabhumi dan membangun sebuah dinasti baru yang disebut dinasti Rajasa.
Riwayat Ken Arok sendiri tidak banyak diketahui karena namanya tidak dikenal
dalam prasasti. Dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia dikatakan
berasal dari sebuah keluarga biasa dari desa Pungkur. Pada masa mudanya ia
hidup sebagai penyamun sehingga menjadi buronan. Melalui bantuan seorang
pendeta bernama Danghyang Lohgawe, ia kemudian berhasil bekerja pada
akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Tertarik oleh isteri sang akuwu
yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul
Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah itu, ia menikahi
Ken Dedes, yang saat itu sedang mengandung.
Cerita selanjutnya merupakan kisah tragedi. Anusapati, anak yang dikandung
Ken Dedes dari Tunggul Ametung, mengetahui tragedi yang menimpa ayahnya.
Ia kemudian membunuh ayah tirinya itu dengan keris yang telah membunuh
ayah kandungnya dan mengambil alih tahta kerajaan.
Pemerintahan Anusapati berlangsung selama 21 tahun (1227-1248). Masa
pemerintahannya tidak banyak diketahui selain dia gemar menyabung ayam,
dia dibunuh oleh Tohjaya, seorang anak Ken Arok dari istri lainnya yang
bernama Ken Umang. Pada gilirannya, Tohjaya kemudian dibunuh oleh anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 17
Gb. 2.1: Candi Singosari
Akan tetapi, keruntuhan Kertanegara ternyata datang dari jurusan lain. Seorang
keturunan Raja-raja Kediri bernama Jayakatwang memberontak terhadap
kekuasaan Singasari untuk memulihkan kembali kejayaan Kediri yang
diruntuhkan oleh leluhur Kertanegara. Dalam suatu serangan, pasukan
Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara meskipun menantunya yang
bernama Raden Wijaya berhasil lolos. Kematian Kertanegara membuat
Singhasari runtuh.
Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana.
Ia merupakan raja Singasari pertama yang namanya diabadikan dalam prasasti
Narasingharmuti.
Dalam kakawin Negarakertagama disebutkan bahwa Wisnuwardana
menobatkan anaknya yang bernama Kertanegara menjadi raja pada tahun
1254. Kertanegara merupakan raja terbesar Singasari. Selama
pemerintahannya, ia berhasil memperluas wilayahnya hingga meliputi wilayah
Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Nusantara bagian timur. Salah satu ekspedisi
penaklukannya dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dikirimkan
pada tahun 1275 untuk menaklukkan Melayu.
Sementara itu, perluasan pengaruh Kemaharajaan Cina-Mongol di bawah
Khubilai Khan menimbulkan tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara.
Ketika sang kaisar mengirimkan utusan yang menuntut agar Singasari tunduk
kepada Cina, Kertanegara melukai wajah sang utusan yang bernama Mengki.
Khubilai Khan murka dan mengirimkan pasukan untuk menyerang Jawa pada
tahun 1292.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 18
Majapahit
Pendiri Majapahit ialah Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan menantu
Kertanegara yang berhasil meloloskan diri ke Madura setelah kematian
mertuanya. Dengan bantuan penguasa Madura bernama Arya Wiraraja, ia
menawarkan diri untuk bekerja sama dengan Jayakatwang di Kediri. Penguasa
baru tersebut menerima tawaran tersebut dengan senang hati. Jayakatwang
kemudian memberikan daerah hutan Tarik(sekarang Trowulan) kepada Raden
Wijaya.
Raden Wijaya diam-diam memperkuat diri sambil menunggu saat yang tepat
untuk membalas dendam. Kesempatan itu datang ketika pada awal tahun 1293
tentara Cina- Mongol yang dikirim untuk menghukum Kertanegara tiba di Pulau
Jawa. Ketidaktahuan tentara Khublai Khan mengenai perubahan politik di Jawa
membuat mereka termakan tipu muslihat yang dilakukan Raden Wijaya untuk
menyerang Jayakatwang. Dalam suatu serangan mendadak, gabungan tentara
Mongol dan Raden wijaya berhasil membunuh Jayakatwang.
)
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 19
Setelah berhasil mengalahkan Kediri, Raden Wijaya berbalik menyerang
tentara Mongol dan memaksa mereka lari meninggalkan Pulau Jawa.
Kekalahan tentara Khublai Khan memuluskan jalan bagi Raden Wijaya untuk
menjadi penguasa di Pulau Jawa. Ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit
dengan gelar Sri Kertarajasa Jaya Wardhana pada 12 November 1293.
Para pengikut Kertarajasa yang berjasa dalam mendirikan Majapahit kemudian
diangkat menjadi pejabat tinggi kerajaan. Di antara mereka terdapat tokohtokoh,
yaitu Arya Wiraraja, Pu Tambi (Nambi), dan Ronggo Lawe.
Pengangkatan tersebut menimbulkan rasa tidak puas bagi sebagian orang
yang merasa dirinya lebih berhak dan lebih pantas bagi jabatan yang lebih
tinggi. Hal ini diperparah oleh intrik yang dilakukan oleh Mahapati, ia berusaha
memperkuat kedudukannya sendiri di Istana. Timbullah serangkaian
pemberontakan seperti yang dilakukan Ronggo Lawe pada tahun 1295 serta
Pu Sora dan Juru Demung antara tahun 1298-1300. Di tengah-tengah
kekacauan ini, Raden Wijaya wafat pada tahun 1309.
Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara yang bergelar Sri Jayanegara.
Pemerintahannya juga dirongrong oleh berbagai pemberontakan yang
merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi pada masa pemerintahan ayahnya.
Pemberontakan Nambi tahun 1316 dapat dipadamkan oleh Mahapati. Nambi
dan keluarganya dibunuh, kemudian menyusul pemberontakan Semi pada
tahun 1318 dan Kuti 1319. Setelah peristiwa itu, raja Jayanegara sadar kalau
Mahapati ternyata tukang fitnah. Akhirnya, ia ditangkap dan dihukum mati.
Ketika terjadi pemberontakan Kuti inilah muncul nama Gajah Mada. Ia adalah
anggota pasukan pengawal raja yang berhasil menyelamatkan raja dalam
peristiwa Bedander, ketika Jayanegara terpaksa mengungsi. Sebagai imbalannya,
Gajah Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan dan selanjutnya di Daha.
Pada 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tanca, seorang tabib istana.
Peristiwa ini dikenal dengan Patanca. Setelah kematian Jayanegara sempat
terjadi kemelut karena puteri mahkota yang bernama Gayatri memilih menjadi
pertapa. Tahta kerajaan kemudian diwakilkan kepada puterinya,
Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan). Selama pemerintahan ratu tersebut
kemelut politik masih muncul. Hal tersebut terlihat dengan adanya
pemberontakan Sadeng pada tahun 1331. Pemberontakan tersebut berhasil
dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai balasan atas jasanya, Gajah Mada
diangkat menjadi Mangkubumi (perdana menteri).
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 20
Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah terkenal yang
disebut sebagai Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekat
untuk tidak berhenti beristirahat sampai seluruh Nusantara dipersatukan di
bawah panji Majapahit. Tribhuanatunggadewi menduduki tahta selama 22
tahun dan kemudian menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya Hayam
Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Sri Rajasanegara. Selama
pemerintahannya yang berlangsung selama 39 tahun, ia didampingi oleh Gajah
Mada sebagai patihnya.
Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan Nusantara
perlahan-lahan dapat diwujudkan meskipun sempat diwarnai keributan dengan
adanya peristiwa Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda
Pajajaran yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka, puterinya yang
menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk. Peristiwa ini meretakkan Hayam
Wuruk dan Gajah Mada.
Hayam Wuruk sangat memperhatikan kehidupan agama. Ia berusaha
mempersatukan 3 aliran agama, yaitu Buddha, Siwa, dan Wisnu. Kerukunan
hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh Mpu Tantular dalam bukunya
Sutasoma dengan kalimat “Bhineka Tunggal Eka”, yang artinya berbeda-beda
tetapi satu atau keanekaragaman dalam kesatuan. Beberapa pujangga besar
yang hidup pada masa tersebut, adalah Mpu Prapanca dengan karyanya kitab
Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha.
Kematian Gajah Mada pada tahun 1364, yang disusul oleh wafatnya Hayam
Wuruk pada tahun 1389 menyebabkan kemunduran besar bagi Majapahit. Hal
ini disebabkan oleh tidak adanya lagi pemimpin sekaliber mereka yang
memimpin kerajaan. Penguasa kerajaan Majapahit selanjutnya seperti
Wikramawardhana, dan Suhita tidak mampu secara tegas menindak
pembangkangan Bhre Wirabhumi dari Blambangan. Akibatnya, timbul
sengketa berlarut-larut yang kemudian pecahnya perang Paregreg.
Keruntuhan Majapahit ditandai oleh serangan pasukan Ranawijaya terhadap
Kertabhumi (Bhre Kahuripan). Majapahit direbut oleh musuh. Ranawijaya
kemudian memaklumkan dirinya sebagai raja dan mengambil gelar Sri Maharaja
Wilwatiktapura Janggala Kediri Prabunatha. Ia merupakan raja terakhir
Majapahit. Perang saudara yang berkepanjangan yang mengakibatkan
Majapahit menjadi lemah.
Selain itu, faktor ekonomi juga ikut mempercepat keruntuhan Majapahit. Pada
abad ke-15, Malaka muncul menjadi sebuah pelabuhan dan kerajaan maritim
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 21
yang penting di Asia Tenggara. Banyak dari kerajaan-kerajaan kecil yang berada
di bawah pengaruh Majapahit yang melepaskan diri dari kekuasaannya dan
berdagang dengan Malaka. Majapahit kemudian ditaklukkan oleh Demak.
C. Pengaruh dan Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha
Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha
Perkembangan Hindu Buddha di Nusantara tidak sekedar membawa perubahan
dalam bidang keagamaan saja melainkan juga berpengaruh pada kehidupan
politik, sosial, dan budaya.
Perubahan dalam Bidang Politik
Pengaruh Hindu-Buddha yang paling nyata di bidang politik yang paling nyata
adalah diperkenalkannya sistem kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin
dalam masyarakat Nusantara ialah orang yang dituakan oleh sesamanya.
Sesuai dengan sistem kerajaan yang berlaku di India, kedudukan pemimpin
dalam masyarakat berubah menjadi mutlak dan turun temurun berdasarkan hak
waris(atau dinasti) yang sesuai dengan peraturan hukum kasta.
Perubahan dalam Bidang Sosial
Sejalan dengan pengaruh agama Hindu-Buddha, masyarakat Nusantara terbagi
menjadi beberapa golongan sesuai dengan aturan kasta. Akan tetapi, sistem
kasta yang berlaku di Nusantara tidaklah seketat di negara asalnya.
Perubahan dalam Bidang Kebudayaan
Pengaruh Hindu-Buddha di bidang kebudayaan terutama berkaitan dengan
penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan
relief, dan candi serta penggunaan bahasa sanskerta.
Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha
Arsitektur
Arsitektur warisan kebudayaan Hindu-Buddha dapat dilihat dari stupa dan candi.
Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makam yang
sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagai bangunan suci bagi
umat Buddha. Pada perkembangannya bentuk kubah pada stupa tetap
dilestarikan namun dengan maksud berbeda, yakni sengai lambang nirwana.
Stupa lalu menjadi tempat penyimpanan relik yang dikelilingi oelh teras
berdinding. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi
dengan gambar-gambar timbul (relief).
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 22
Adapun candi merupakan bangunan peninggalan masa lalu yang digunakan
untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus bagi para raja dan
orang-orang terkemuka. Namun menurut Sukmono (1973: 81) yang dikubur
didalamnya bukan mayat atau abu jenazah melainkan bermacam-macam
benda seperti potongan berbagai jenis logam dan batu-batu akik, yang disertai
dengan saji-sajian. Benda-benda tersebut dinamakan dengan pipih, dan
dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang raja yang telah bersatu
kembali dengan dewa penitisnya.
Dilihat dari asal-usulnya, kata candi berasal dari salah satu nama untuk Durga
sebagai Dewi Maut, yaitu candika. Sehingga tidak mengherankan bila candi
dihubungkan dengan orang yang sudah meninggal. Bentuk candi di masingmasing
daerah memiliki perbedaan.
Berikut ini perbedaan umum bentuk candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Dilihat dari coraknya candi juga berbeda di tiap daerah. Hal tersebut
menyebabkan pengelompokan candi berdasarkan daerah penemuan.
Pengelompokan itu bisa dilihat dari keterangan berikut ini.
Kelompok candi di Jawa Tengah di bagian Utara umumnya tidak beraturan
dan lebih merupakan gugusan candi yang masing-masing berdiri sendiri.
kelompok candi di Jawa Tengah bagian Selatan berdiri ditengah dan candicandi
perwaranya berbaris teratur di sekelilingnya.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 23
Kelompok candi di Jawa Timur induknya terletak di bagian belakang
halaman candi, sementara candi perwara dan bangunan-bangunan lainnya
terletak di depan.
Beberapa candi di Jawa Tengah Utara adalah Candi Gunung Wukir di dekat
Magelang, berhubungan dengan prasasti Canggal tahun 732 M dan Candi
Gedong Songo di lereng Gunung Ungaran.
Adapun beberapa candi di Jawa Tengah Selatan adalah Candi Kalasan dekat
Yogyakarta didirikan pada tahun 778, Candi Sari yang terletak di dekat Candi
Kalasan, Candi Borobudur dekat Magelang yang memiliki puncak stupa yang
sangat besar dan arca-arca yang sangat banyak berjumlah 505, Candi Mendut
di sebelah Timur Candi Borobudur, dan Candi Sewu di dekat desa Prambanan
yang terdiri atas 2 buah candi induk dikelilingi oleh ± 250 buah candi perwara
yang tersusun dalam 4 baris.
Sementara itu, candi di Jawa Timur adalah Candi Kidal (candi Anusapati),
Candi Jago (candi Wisnuwardhana), Candi Singosari (candi Kertanegara)
dekat Malang, Candi Jawi dekat Prigen, Candi Panataran di Blitar.
Seni Sastra
Seni sastra peninggalan Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ialah tampak dalam
penulisan prasasti, kitab, dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk
memberikan informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah, atau
keberadaan suatu kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu di
pahatkan pada Yupa (tugu batu).
Kitab adalah sebuah karangan tentang kisah, catatan, atau laporan suatu
peristiwa. Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis dalam lembaran daun lontar.
Isi kitab berupa rangkaian puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam
bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab
yang ditulis misalnya, Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan
Sutasoma.
Seni Rupa/Ukir
Karya seni rupa banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada
dinding candi, biasanya berupa gambar dan hiasan serta ada yang merupakan
rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain
dapat ditemui dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan, dan
Panataran.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 24
Misalnya, candi-candi di Jawa Tengah terdapat hiasan gambar pohon.
Kebanyakan dari pohon-pohon itu melambangkan Kalpataru atau Parayata,
yaitu pohon yang dapat memberi segala apa yang diinginkan dan diminta oleh
manusia, sedangkan berbagai bentuk relief yang melukiskan rangkaian cerita,
biasanya diambil dari kitab-kitab kesusasteraan, seperti Ramayana dan dari
kitab keagamaan seperti Karmawibhangga, Kunjakarna, dan lain-lain.
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 25
Lembar Powerpoint 2.3
Sebutkan agama yang
paling tua di Indonesia?
Pada akhir perkuliahan diharapkan
mahasiswa-mahasiswi dapat:
• mendeskripsikan penyebaran agama
Hindu-Buddha di Indonesia,
• menjelaskan perkembangan kerajaankerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia,
dan
• menjelaskan warisan Kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia.
INDIKATOR
– Untuk menjelaskan berbagai
perspektif tentang masuknya
agama Hindu-Buddha di Indonesia
– Untuk mendeskripsikan kerajaankerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia
– Untuk mengetahui berbagai
warisan Kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia
• Mahasiswa-mahasiswi mampu
menganalisis pertumbuhan dan
perkembangan agama, kebudayaan
Hindu-Buddha, dan
pengaruhnya terhadap masyarakat
di berbagai daerah di
Indonesia
KOMPETENSI DASAR
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HINDU-BUDDHA
DI INDONESIA
Paket 2 IPS 2:
Agama paling tua di Indonesia
adalah:
Agama Hindu dan Budha
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 26
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 27
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 28
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 29
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 30
Team Quiz
1. Masing-masing kelompok
menyiapkan daftar
pertanyaan
2. Kelompok lain menjawab
pertanyaan tersebut
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 31
Tes Lisan
1. Sebutkan dan jelaskan teori-teori tentang penyebaran Agama Hindu-
Buddha di Indonesia!
2. Sebutkan bukti-bukti ditemukannya Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di
Nusantara!
3. Jelaskan keruntuhan kerajaan-kerajaan tersebut!
4. Sebutkan warisan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia!
5. Apakah warisan kebudayaan tersebut masih memiliki pengaruh hingga saat
ini? Jelaskan!
Lembar Penilaian 2.4
Skor terentang antara: 10-100
Ilmu Pengetahuan Sosial 2
Paket 2 Sejarah Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia 2 - 32
Badrika, I Waya. 2000. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Hadiwijono, Harun. 1987. Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Poesponegoro, Marwati Djoened. dan Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah
Nasional Indonesia 2. Jakarta: Balai Pustaka.
Siswoyo, Supartono W. 2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jilid 2.
Yogyakarta: Kanisius.
Sudarmanto.Y.B. 1996. Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga
Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo.
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar